Sejarah Shin Hua, Barbershop Legendaris Tertua di Indonesia yang Melegenda

Surabaya Tepat pada tahun 1911 di sudut kota Surabaya berdiri tempat cukur rambut atau barbershop. Genap 110 tahun usia Shin Hua, hair salon telah beroperasi melampaui generasi ke generasi. Dulunya, pelanggan sangat beragam, mulai dari bangsa kolonial Belanda hingga rakyat pribumi Surabaya.

Lokasinya berada di Jalan Kembang Jepun No 38 Surabaya. Shin Hua merupakan hair salon orang Tiongkok yang berada di lingkungan Chinatown Surabaya.

Lebih dari satu abad lamanya Hair salon Shin Hua beroperasi. Selama itu pula pengelola Shin Hua tetap mempertahankan bentuk awal barbershop.

Dekorasi tata letak kursi, cermin hingga papan nama dalam aksara Han. Nuansa vintage terkesan melekat saat memasuki ruangan cukur rambut Shin Hua. Bangunan yang ditempati tergolong tua. Barbershop Shin Hua berada di lantai 2 dan telah berdiri di sudut Jalan Kembang Jepun semasa kolonial Belanda.

Sudah ada generasi kedua yang melanjutkan Hair salon Shin Hua. Dalam bahasa Indonesia Shin Hua berarti "Baru Mekar". Berpengalaman lebih dari satu abad menjadikan Shin Hua barbershop yang melegenda di Surabaya dan tertua di Indonesia.

Penerusnya saat ini ialah Eddy Koestanto pencukur dan pemilik Shin Hua. Ia merupakan anak dari Tan Shin Tjo, pendiri Barbershop Shin Hua. Ayah Eddy adalah seorang perantauan dari Hokkiu, China yang mengadu nasib di Surabaya. Tahun 1911 jauh sebelum Indonesia merdeka, Barbershop Shin Hua sudah berdiri. Bisnis yang dirintis Tan Shin Tjo berbuah peanut.

Berbagai kalangan pelanggan memakai jasa cukur rambut Shin Hua.

Masa keemasannya tahun 1911 Shin Hua buka mulai pukul 6 pagi hingga 6 petang.

Setidaknya ada 100 pelanggan hilir mudik bercukur. Kala itu Tan Shin Tjo mendatangkan 20 kursi langsung dari China.

Kursi khas hair salon empuk, nyaman, dan masih bisa dirasakan hingga saat ini. Bahkan dulunya, Shin Hua mempunyai pegawai berjumlah 10 orang untuk melayani antrean pelanggan.

Peralatan yang digunakan masih terbilang jadul. Gunting, sisir sederhana alat keruk rambut bahkan sisir rambut dari tulang ikan.

Swirl Koestanto tetap menggunakan alat tradisional tersebut agar sensasi bercukur tempo dulu dapat lebih mudah dikenang. Nuansa jadul diperkuat dengan perabotan yang masih tertata rapi. Cermin lebar, meja cukur hingga lemari kayu besar tempat perkakas. Sesekali Swirl juga menggunakan mesin cukur untuk memudahkannya bekerja.

Jenis pelayanan di Shin Hua beragam, mulai dari cukur rambut, cukur jenggot, membersihkan telinga, dan cuci rambut. Pelanggannya saat ini hanya tersisa 50 orang.

Beberapa pelanggan tetap bahkan sudah meninggal dunia. Bahkan ada pelanggan yang sudah tidak memungkinkan naik ke lantai dua. Dengan senang hati Swirl mendatangi dan mencukur di rumah pelanggan setianya.

Pelan tapi pasti, Swirl memangkas tiap helai rambut pelanggan. Kepiawaiannya diturunkan langsung dari ayahnya. Dibalut kain putih menjaga jatuhnya potongan rambut.

Dibantu kaca mata frame hitam Eddy ceria bercengkerama dengan pelanggan. Tak jarang ia menceritakan sejarah dalam kenangan Hair salon Shin Hua. Sesekali, Eddy pun turut dimintai beberapa version rambut pilihan pelanggan.

Namun seiring perkembangan pattern masyarakat, saat ini hanya tersedia 7 kursi cukur di Shin Hua. Menjamurnya beauty parlor dan hair salon modern-day menjadi tantangan Shin Hua.

Dalam sebulan orang bercukur tak sampai 20 orang. Sedangkan pelanggan tetap bisa dihitung dengan jari. Terkadang datang sebulan sekali hingga dalam tiga bulan datang empat kali.

Tarif layanan yang disediakan rata-rata sebesar Rp 50 ribu. Lain halnya dengan pelanggan baru, Eddy biasa memberikan tarif Rp 10 ribu hingga Rp 15 ribu untuk cukur rambut biasa. Nominal tersebut terbilang wajar untuk tempat cukur yang melegenda dan berpengalaman lebih dari 100 tahun.

Dari 12 anak Tan Shin Tjo, hanya Swirl Koestanto lah yang bersedia meneruskan usaha Hair salon Shin Hua. Saat ini Swirl sendiri menginjak usia 70 tahun. Dilema dari ke sembilan anaknya belum ada yang berniat melanjutkan Barbershop Shin Hua.

Swirl berkomitmen akan tetap melayani pengunjung meski dihantui tak ada penerus warisan Shin Hua.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Personil Naif Jarwo Mau Naif Tetap Jalan Terus Sampai Mati

Pengamat Musik Senior Bens Leo Meninggal Dunia Akibat Covid-19

Single Baru Thalita Latief Berjudul "Tak Cinta" yang Sang Ibu Berdasarkan Pengalamannya